LA LIGA VS BPL??

Kemenangan Real Madrid kala bersua dengan Atlhetic Bilbao, mentasbihkan diri mereka sebagai kampium La Liga yang telah mereka idam-idamkan selama 4 tahun. Terakhir mereka menjuarai Copa del Rey 2011. Barcelona untuk musim ini hanya memiliki sebuah kans untuk juara di musim ini, yaitu di Copa del Rey setelah sebelumnya tersingkir dari Liga Champion Eropa oleh Chelsea.
Athletic Bilbao akan bersua dengan Barcelona di ajang CdR tersebut. Di Liga Eropa pun Bilbao memiliki kesempatan untuk juara, namun mesti berhadapan dengan pesaing asal Spanyol lainnya asuhan Diego Simione, Atletico Madrid. Wait, ada yang salahkah??

Hasil minimal Barcelona tersebut mangindikasikan semacam pembaruan kompetitas di La Liga yang biasanya di dominasi oleh Barcelona dan Real Madrid. Kali ini Bilbao, Valencia dan Atletico Madrid telah menunjukan kualitasnya di level Liga Eropa. Meski bukan di Liga Champion yang memiliki nilai gengsi lebih, namun lumayan memberi pendapatan lebih untuk tim-tim sebesar mereka. Pun Malaga dan Levante sukses menduduki posisi 4 dan 5 klasemen sementara La Liga. Saya tanya kembali, ada yang salahkah??

Jawabannya: tidak ada yang salah. Hanya saja, tim-tim La Liga akan dan telah diminati oleh investor luar Spanyol, sama seperti Liga Inggris. Malaga adalah salah satunya. Dibeli oleh Sheik Al Thani di tahun 2010 lalu seharga 36 juta Euro. Sebagian yakin bahwa Malaga akan kembali berjuang di zona degradasi, seperti pada musim 2009/10 lalu. Hanya sedikit orang yang yakin bahwa Malaga akan menduduki posisi 5 besar. Dan sejatinya, target utama Malaga musim ini adalah untuk tidak terdegradasi ke Divisi Segunda. Namun Manuel Pellegrini sukses membawa Malaga menuju level Eropa untuk musim depan, sebagaimana dahulu sukses menuntun Malaga untuk menjauh area merah degradasi.

Jika tim-tim asal Spanyol membanjiri Liga Champion atau Liga Eropa, maka tinggal menunggu waktu untuk para investor membeli klub-klub kecil dan membangun tim dengan lembaran-lembaran uang. Salahkah? Tidak. Sah saja. Kasus Manchester City, Anzhi atau Chelsea mungkin jadi contoh. Di medio 90-an, Chelsea ataupun Manchester City kalah bersaing dalam segi ketenaran dengan MU, Arsenal, Liverpool ataupun Newcastle. Namun kedua tim ini menjadi semacam magnet untuk para pemain hebat yang tentu saja mengharapkan tropi dan gaji tinggi. Logikanya: jika finansial klub bagus, maka klub dapat mendatangkan siapa saja. Dengan pemain-pemain berkualitas, maka tim tersebut akan mendapat sorotan dari media. Tentu saja hal itu cukup menarik perusahaan-perusahaan yang membutuhkan sarana promosi. Meskipun gelar juara belum diraih, namun struktur finansial yang mapan cukup memberi jaminan bahwa sebuah gelar akan datang. Hanya tinggal menunggu waktu saja.

Andai kata opini saya diatas terjadi, maka akan muncul sebuah pertanyaan. Beranikah LFP (organisasi pengatur La Liga) untuk bersaing dengan FA (liga Inggris)? Pertanyaan saya diatas bukan hanya dari segi prestasi, namun lebih ke segi kapitali. Sudah faham? Jika belum, baca uraian saya dibawah.
Selama ini Liga Inggris disebut-sebut sebagai liga terbaik. Benarkah?? Jika dilihat dari organisasi dan sisi bisnis, maka saya akan bilang  YA. Mereka telah faham bahwa sepakbola menjadi industri yang menjanjikan. Mereka "memaksa" setiap pemain dari setiap klub untuk "berpanas-panas"-an di lapangan, demi memenuhi ceruk pasar Asia yang bisa dibilang masih potensi. Pasar Asia terkenal akan kefanatikannya. Dengan mengutamakan pasar Asia, maka liga akan semakin terkenal. Tentu saja ini akan menarik para pemasang iklan dan penjualan merchandise. Harap dibaca: pemasang iklan dan merchandise = uang.

Selama ini La Liga sengaja untuk bermain malam, demi menghindari persaingan dengan Liga Inggris. Lihat saja, pertandingan antara Aston Villa kontra Wigan akan mendapat rating tinggi dibanding Sevilla versus Villareal. Padahal jika di lihat dari sisi historis pencapaian dan komposisi pemain, Sevilla dan Villareal agak lebih baik dibanding Wigan dan Aston Villa. Hal ini menjadi semacam ketakutan tersendiri bagi LFP untuk menyaingi BLP. Memang, Liga Spanyol memiliki ketenaran dibanding liga-liga negara Eropa lainnya, namun tidak lebih baik dibanding Liga Inggris.
Liga Inggris telah menancapkan kuku kapitalisme-nya di ranah Asia. La Liga yang di wakili oleh Real Madrid, mencoba untuk memasuki persaingan. Sebagai mana kita ketahui, Real acap kali bermain di jam-jam prime-time waktu Asia.

Cesc Fabregas pernah berkata bahwa "FA hanya unggul dalam segi organisasi, namun jika dalam segi permainan, maka Liga Spanyol lebih unggul". Ya, Cesc berkata benar. La Liga lebih banyak menyajikan permainan yang menarik dan di isi oleh pemain-pemain berskill indah. Contoh: Adakah pemain di Liga Inggris yang memiliki dribbling dan skill yang hebat seperti CR atau Messi? Atau indahnya permainan tiki-taka Barcelona di Liga Inggris? Setahu saya, Swansea City mencoba menerapkan skema tiki-taka, namun masih jauh dari kata sempurna.
Kesimpulan: Investor = liga yang kompetitif + promosi yang tepat = pemasang iklan dan penjualan merchandise = uang.



CMIIW

Sumber ide @bimoariyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar